BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pada hakikatnya bahasa merupakan alat
komunikasi atau interaksi manusia yang memiliki beberapa karakteristik yaitu
sistematik, arbitrer, bunyi ujar, manusiawi, dan komunikatif. Sesuai yang
dikemukakan Kridalaksana, (1993:21) yang menyatakan bahwa, bahasa adalah sistem
lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh masyarakat untuk bekerja
sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri.
Setiap manusia sesungguhnya memiliki
potensi menguasai bahasa yang sama. Dalam proses dan sifat penguasaan bahasa
seseorang berlangsung secara dinamis dan melalui tahapan-tahapan yang
berjenjang. Seperti pada bayi yang baru lahir cara ia melakukan komunikasi
tentunya dengan tangisan. Segala bentuk yang ingin ia sampaikan dan apa yang ia
butuhkan tentunya melalui tangisan.
Menurut Christana, (2012: 203)
perkembangan bahasa
meliputi perkembangan fonologis meliputi penguasaan lambang bunyi, perkembangan
morfologi berkaitan pembentukan kata-kata, perkembangan sintaksis berkaitan
dengan penguasaan tata bahasa, perkembangan leksikal berkaitan dengan perluasan
kata serta arti kata-kata, perkembangan semantik berkaitan dengan dengan
penguasaan arti bahasa.
Pemerolehan ujaran anak
merupakan salah satu tahap paling penting dalam perkembangan bahasa anak.
Bahasa anak berkembang dan dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Sebagaimana
diungkapkan Dardjowidjojo (2012: 199) bahwa faktor lingkungan memang penting,
tetapi faktor itu hanya memicu apa yang sudah ada pada bilogi manusia. Anak
bukan hanya melakukan peniruan, tetapi juga mengembangkan bahasanya sendiri.
Hal ini senada dengan pendapat Mar’at (2011:72) yang mengatakan bahwa semakin
banyak rangsang bahasa yang diterima dari lingkungan maka semakin banyak pula
asosiasi yang terjadi dan disimpan dalam ingatannya.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di
atas penulis merumuskan masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana
perkembangan bahasa pada anak usia 4-5
tahun jika ditinjau dari segi fonologi?
2.
Bagaimana perkembangan bahasa pada anak usia 4-5
tahun jika ditinjau dari segi semantik?
3.
Bagaimana perkembangan bahasa pada anak usia 4-5
tahun jika ditinjau dari segi sintaksis?
4.
Bagaimana perkembangan bahasa pada anak usia 4-5
tahun jika ditinjau dari segi pragmatik?
5. Apakah terdapat faktor yang mempengaruhi perkembangan
bahasa pada anak usia 4-5 tahun?
C.
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah
di atas penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut.
1. Untuk
mengetaui perkembangan bahasa
pada anak usia 4-5 tahun jika ditinjau dari segi fonologi.
2.
Untuk mengetaui perkembangan bahasa
pada anak usia 4-5 tahun jika ditinjau dari segi semantik.
3.
Untuk mengetaui perkembangan bahasa
pada anak usia 4-5 tahun jika ditinjau dari segi sintaksis.
4.
Untuk mengetaui perkembangan bahasa
pada anak usia 4-5 tahun jika ditinjau dari segi pragmatik.
5.
Untuk mengetaui faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa pada
anak usia 4-5 tahun.
D. Metode
Penelitian
Penelitian ini menggunakan
jenis penelitian deskrptif kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan keadaan atau
fenomena pada anak usia 4-5 tahun yang berkaitan dengan pemerolehan fonologi, semantik, sintaksis, dan pragmatik. Data dan sumber
data penelitian ini adalah ujaran anak usia 4-5 tahun yang di
dalamnya terdapat pemerolehan fonologi, semantik, sintaksis, dan pragmatik.
BAB
II
KAJIAN
TEORETIS
A.
Pengertian
Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa merupakan proses
yang dilalui untuk memperoleh bahasa
dalam memahami kata yang didengar sampai dapat menggunakan kata tersebut. Pada
dasarnya bahwa seseorang akan memahami bahasa dimulai dengan mendengarkan di
sekitar. Pada tahap mendengarkanlah merupakan proses yang sangat penting.
B.
Tahap
Perkembangan Bahasa Pada Anak
Manusia berkomunikasi melalui bahasa
memerlukan proses yang berkembang dalam tahap-tahap usianya. Bahasa yang
digunakan anak dalam berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungannya yang
dilakukan untuk bertukar gagasan, pikiran dan emosi. Bahasa bisa diekspresikan
melalui lisan, tulisan, tanda dan musik. Bahasa juga menycakup aspek komunikasi
nonverbal seperti gestikulasi, gestur atau pantomim. Berikut tahapan-tahapan
perkembangan berbahasa pada anak.
1.
Perkembangan Fonologi
Pemerolehan
fonem (secara reseptif) dimulai sejak anak mampu membedakan binyi-bunyi
bahasanya sendiri, yakni pada usia 6 bulan. Adapun kemampuan membedakan bunyi
berbagai bahasa telah dimulai lebih awal, yakni pada usia 2-6 bulan (Musfiroh,
2017:70).
Menurut
Mar’at (2005:46-47) Pada tahap-tahap permulaan perolehan bahasa, biasanya
anak-anak memproduksi perkataan orang dewasa yang disederhanakan dengan cara
sebagai berikut:
1. Menghilangkan konsonan akhir
2. Mengurangi kelompok konsonan menjadi segmen tunggal
3. Menghilangkan silabe yang tidak diberi tekanan (weak
syllable delection)
4. Duplikasi silaba yang sederhana (reduplikasi)
2.
Perkembangan Semantik
Arti semantik sebuah kata
dapat dianalisis berdasarkan fitur atau faktor lingkungan tempat anak tersebut
berbicara (Musfiroh, 2017:75). Menurut Steinberg dan Sciarini via Musfiroh
(2017:75) anak melibatkan hubungan semantik dalam kalimat untuk melahirkan
kata-kata yang bermakna gramatikal. Hubungan semantik tersebut bisa berupa agen
yang bertindak, mengalami, ataupun menderita.
Perkembangan semantik
menurut Mar’at (2005:48-49) sebagai berikut:
a. Over
extension
Misalnya:
bow-bow à
semua binatang
b. Under
extension
Perkataan
si anak hanya menunjuk pada bagian dari butir-butir (item-item) yang ada dalam
kategorinya orang dewasa.
Mobil à hanya mobil yang lewat di depan rumah.
c. Meaning
with no overlap
Kata-kata
yang dipakai tidak memberikan dasar untuk komunikasi sehingga akhirnya
ditinggalkan oleh anak-anak.
3.
Perkembangan Sintaksis
1. Kalimat Holofrastik
Holofrastik berasal dari
kata “holo” yang berarti keseluruhan, dan “phras” yang berarti frase atau
kalimat. Ucapan-ucapan satu kata pada periode ini disebut holofrastik karena
anak-anak menyatakan makna keseluruhan frase atau kalimat dalam satu kata yang
diucapkannya itu. Tahap holofrastik dialami oleh anak normal pada usia sekitar
1-2 tahun (Musfiroh, 2017:76)
2. Kalimat Telegrafik
Ujaran anak tidak berkembang
secara cepat ke tahap dua atau tiga kata. Pada kebanyakan kasus, tahap ini
muncul pada sekitar usia dua tahun (Musfiroh, 2017:76).
3. Kalimat Tunggal dan Kalimat Majemuk
Anak usia 4-5 tahun telah
mampu membuat kalimat dengan 5 kata, serta mampu membuat dan menjawab
pertanyaan. Pada tahap ini anak sudah mulai menerapkan struktur tata bahasa dan
kalimat-kalimat yang agak lebih rumit (Musfiroh, 2017:77).
4.
Perkembangan Pragmatik
a.
Pragmatik dalam
Periode Sensori-Motorik (0-2 tahun)
Pada periode ini anak melakukan komunikasinya melalui tangisan, jeritan,
maupun suara lain yang belum bisa dianggap sebagai ‘kata’ (Musfiroh, 2017:87).
b.
Pragmatik dalam
Periode Pra-operasional (1,5-7 tahun)
Pada periode ini anak sangat agresif untuk mendapatkan kata-kata baru,
dan menggunakannya dalam percakapan. Wells (via Musfiroh, 2017:90)
mengidentifikasi 6 kategori pragmatik yang dapat diseajarkan dengan fungsi
bahasa, yakni kontrol, representatif, ekspresif, sosial, tutorial, dan
prosedural.
c.
Pragmatik dalam
Periode Operasional Konkret (6,5-11 tahun)
Periode ini ditandai dengan munculnya kesantunan berbahasa (Musfiroh,
2017:92).
d.
Pragmatik dalam
Periode Operasional Formal (11 tahun-dewasa)
Periode ini ditandai dengan percakapan yang semakin memenuhi prinsip
kerjasama dan prinsip kesantunan (Musfiroh, 2017:94)
Menurut
M. Schaerlaekens (via Mar’at, 2005:61) perkembangan bahasa anak dibagi dalam
empat periode.
1.
Tahap
Artikulasi atau Periode Prelingual (0 - 1 tahun)
Menurut Chaer (2009: 230)
tahap ini dilalui bayi antara sejak lahir sampai kira-kira berusia 14 bulan.
Menjelang usia satu tahun, bayi dimanapun sudah mampu menghasilkan bunyi-bunyi
vocal “aaa”, “eee”, atau “uuu” dengan maksud untuk menyatakan perasaan
tertentu. Perkembangan artikulasi
dilalui seorang bayi melalui rangkaian tahap bunyi resonansi, bunyi berdekut,
bunyi berleter, berleter ulang, bunyi vokabel.
Disebut periode prelingual
karena anak belum dapat mengucapkan ‘bahasa ucapan’ seperti yang diucapkan
orang dewasa, dalam arti belum mengikuti aturan-aturan bahasa yang berlaku
(Mar’at, 2005:61)
2.
Periode
Lingual Dini (1 -
2,5 tahun)
a.
Periode kalimat
satu kata (holophrare)
Kalimat satu kata yang lazim
disebut holofrasis oleh banyak pakar dapat dianggap bukan sebagai kalimat,
karena maknanya sukar diprediksikan. Kalimat bagi mereka dalam pemerolehan
sintaksis baru dimulai kalau anak itu sudah dapat menggabungkan dua buah kata
(lebih kurang ketika beruia dua tahun) (Chaer, 2009: 235). Ucapan ‘ibu’ dapat
berarti ‘Ibu kesini!’atau ‘Ibu kemana?’dan bisa juga‘Ibu tolong saya!’
b.
Periode Kalimat Dua Kata
Kalimat dua kata adalah
kalimat yang hanya terdiri dari dua buah kata, sebagai kelanjutan dari kalimat
satu kata. Kemampuan untuk menggabungkan dua kata ini dalam bentuk sebuah
kalimat dikuasai anak menjelang usia 18 bulan. Dalam menggabungkan kata, anak
mengikuti urutan kata yang terdapat pada bahasa orang dewasa (Chaer, 2009: 235).
Contoh: ‘Ini Budi’, ‘Mama susu’.
c.
Kalimat lebih dari dua kata (more word sentence)
Keterampilan anak membentuk
lebih dari dua kata terlihat dari panjangnya kalimat, kalimat tiga kata,
kalimat empat kata, dan seterusnya (Mar’at, 2011: 62). Menjelang usia dua tahun
anak rata-rata sudah dapat menyusun kalimat empat kata yakni dengan cara
perluasan, meskipun kalimat dua kata masih mendominasi korpus bicaranya (Chaer,
2009: 236). Pada
periode ini penggunaan bahasa tidak bersifat egosentris lagi, melainkan anak
sudah mempergunakan untuk komunikasi dengan orang lain, sehingga mulailah
terjadi suatu konversasi yang sesungguhnya antara anak dengan orang dewasa (Mar’at, 2005: 66).
3.
Periode
Diferensiasi (usia 2,5 – 5 tahun)
Pada tahap ini
pembendaharaan kata berkembang, baik kuantitatif maupun kualitatif. Selain itu,
anak mulai menguasai kata benda, kata kerja, serta menggunakan kata depan, kata
ganti. Anak sudah dapat mengadakan konversasi dengan cara yang dapat dimengerti
oleh orang dewasa. Persepsi anak dan pengalamannya tentang dunia luar mulai
ingin dibaginya dengan orang lain (Mar’at, 2011: 66).
4.
Tahap
Menjelang Sekolah (sesudah usia 5 tahun)
Menurut Chaer, (2009:
237) yang
dimaksud tahap menjelang sekolah adalah menjelang anak masuk sekolah dasar:
yaitu pada waktu mereka berusia antara 5-6 tahun. Pendidikan di taman
kanak-kanak (TK), apalagi kelompok bermain (playgroup) belum dapat dianggap
sebagai sekolah, sebab sifatnya hanya menolong anak untuk siap memasuki
pendidikan dasar
Ketika memasuki taman kanak-kanak
(TK) anak sudah menguasai hampir semua kaidah dasar gramatikal bahasanya. Dia
sudah dapat membuat kalimat berita, kalimat tanya, dan sejumlah konstruksi
lain. Hanya masih mendapat kesulitan dalam membuat kalimat pasif (Chaer, 2009:
238).
C.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa pada Anak
Berikut ini ada empat
faktor yang mempengaruhi perkembagan bahasa pada anak.
1.
Faktor
Biologis
Setiap anak yang lahir telah dikaruniai
kemampuan kodrati atau alami yang memungkinkannya untuk menguasai bahasa.
Potensi alami itu bekerja secara otomatis. Menurut Chomsky (1975 dalam
Santrock, 1994) menyatakan bahwa potensi yang terkandung dalam perangkat
biologis anak dengan istilah piranti pemerolehan bahasa. Dengan piranti itu,
anak dapat menercap sistem suatu bahasa yang terdiri atas subsistem fonologis,
tatabahasa, kosakata, dan pragmatik serta menggunakannya dalam berbahasa.
2.
Faktor
Lingkungan Sosial
Dalam kemampuan berbahasa, seorang anak
memerlukan orang lain untuk berinteraksi dan berkomunikasi. Anak yang secara
sengaja dicegah untuk mendengarkan sesuatu atau menggunakan bahasanya untuk
berkomunikasi, tidak akan memiliki kemampuan berbahasa yang baik. Mengapa
dmeikian? Bahasa yang diperoleh anak tidak diwariskan secara genetis atau
keturunan, tetapi diperoleh dalam lingkungan disekitarnya.
Senada yang diungkapkan Mar’at (2011:72) yang mengatakan bahwa semakin banyak
rangsang bahasa yang diterima dari lingkungan maka semakin banyak pula asosiasi
yang terjadi dan disimpan dalam ingatannya.
Sedikit berbeda menurut Dardjowidjojo
(2012: 199) bahwa faktor lingkungan memang penting, tetapi faktor itu hanya
memicu apa yang sudah ada pada bilogi manusia. Anak bukan hanya melakukan
peniruan, tetapi juga mengembangkan bahasanya sendiri.
Atas dasar itu seorang naak memerlukan
orang lain untuk mengirim dan menerima tanda-tanda suara dalam bahasa dalam hal
ini seorang ibunya sendiri. Seorang anak memerlukan seorang ibunya untuk
mendengarkan apa yang ibunya ucapkan dan menyampaikannya dnegan tanda-tanda.
Sehingga anak semakin lama akan menirukan apa yang telah ia dengar. Dengan
demikian, merupakan salah satu faktor utama yang menentukan pemerolehan dan
perkembangan bahasa anak.
3.
Faktor
Intelegensi
Menurut Zanden (1980) menyatakan bahwa
itelegensi sebagai kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah. Intelegensi
ini bersifat abstrak dan tidak dapat diamati secara langsung. Pemahaman kita
tentang tingkat intelegensi sesorang hanya dapat disimpulkann melalui
perilakunya.
Maka anak yang memiliki inteleginsi tinggi
akan lebih cepat memperoleh bahasa. Akan tetapi, tergantung seberapa lama jagka
waktu dan tingkat kreativitasnya serta faktor pendukung yang didapatkan dari
faktor eksternal.
4.
Faktor
Motivasi
Menurut Benson (1988) menyatakan bahwa
kekuatan motivasi dapat menjelaskan
“mengapa seorang anak yang normal sukses mempelajari bahasa ibunya”.
Sumber motivasi itu ada 2 sumber yaitu dalam dan luar diri anak.
Dalam perkembangan bahasa anak, anak
belajar bahasa bukan karena terdorong karena ingin menguasai bahasa sendri.
Tetapi, ia belajar bahasa karena kebutuhan dasar seperti lapar, haus, serta
perlu diperhatikan oleh lingkungannya. Inilah yang disebut motivasi intrinsik
yang berasal dari anak sendiri. Untuk itulah anak memerlukan komunikasi dnegan
sekitarnya. Kebutuhan komunikasi ini diperlukan untuk memahami apa yang ia
maksudkan dan memahami apa yang ia terima guna mewujudkan kebutuhan atau
kepentingan dirinya.
5. Faktor
Kesehatan
Kesehatan merupakan faktor
yang memepengaruhi perkembangan bahasa anak, terutama pada bahasa awal
kehidupannya. Apabila anak mengalami sakit terus menerus maka anak tersebut
akan mengalami kelambatan atau kesulitan dalam perkembangan bahasanya.
6. Faktor
Jenis Kelamin (seks)
Pada tahun pertama usia anak
tidak ada perbedaan dalam vokalisasi antara pria dan wanita. Namun mulai sia
dua tahun anak wanita menunjukkan perkembangan yang lebih.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik Kajian Teoretik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Mar’at, Samsunuwiyati. 2005.
Psikolinguistik Suatu Pengantar. Bandung:
PT Refika Aditama.
Musfiroh, Tadkiroatun. 2017.
Psikolinguistik Edukasional – Psikolinguistik
untuk Pendidikan Bahasa. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Tarigan, Henry
Guntur. 1986. Psikolinguistik. Bandung:
Angkasa.
Teguhsubianto.blogspot.com.
diakses tanggal 19 Juli 2018.