Variasi Bahasa
Bahasa memiliki sistem dan subsistem yang dipahami sama oleh semua penutur bahasa tersebut. Akan tetapi, Masyarakat merupakan kumpulan manusia yang heterogen sehingga parole yang dihasilkan menjadi tidak seragam dan bervariasi.
Faktor yang mempengaruhi kevariasian bahasa menurut Abdul Chaer dan Leonie Agustina:
1. Penutur bahasa yang tidak homogen
2. Kegiatan interaksi sosial yang bergam
3. Bahasa tersebut digunakan oleh penutur yang sangat banyak
4. Wilayah penggunaan bahasa sangat luas
Penyebab adanya variasi bahasa
1. Interferensi
Interferensi adalah terbawa masuknya unsur bahasa lain ke dalam bahasa yang sedang digunakan, sehingga tampak adanya penyimpangan kaidah dari bahasa yang digunakan itu (Chaer, 1994:66)
2. Integrasi
Integrasi adalah unsure-unsur dari bahasa lain yang terbawa masuk dan sudah dianggap, diperlukan, dan dipakai sebagai bagian dari bahasa yang menerima atau yang memasukinya (Chaer, 1994:67). Proses integrasi memerlukan waktu yang cukup lama sebab unsure yang berintegrasi itu telah disesuaikan, baik lafalnya, ejaannya, maupun tata bentuknya. Contoh: Kata montir, sopir, dongkrak.
3. Alih Kode dan Campur Kode
Alih kode adalah beralihnya suatu kode (entah bahasa atau ragam bahasa tertentu) ke dalam kode yang lain (bahasa lain). Campur kode adalah dua kode atau lebih digunakan bersama tanpa alas an, dan biasanya terjadi dalam situasi santai (Chaer, 1994:67)
4. Bahasa Gaul
Istilah bahasa gaul mulai muncul pada akhir tahun 1980-an.
Penggolongan variasi bahasa menurut Abdul Chaer dan Leonie Agustina:
1. Variasi dari Segi Penutur
a. Idiolek
Idiolek adalah Variasi bahasa yang bersifat perseorangan. Setiap orang mempunyai idioleknya masing-masing. Variasi ini berkenaan dengan warna suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan kalimat.
b. Dialek
Dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relative, yang berada pada satu tempat, wilayah, atau area tertentu. Para penutur dalam satu dialek, meskipun mempunyai idioleknya masing-masing, memiliki kesamaan ciri yang menandai bahwa mereka berada pada satu dialek, yang berbeda dangan kelompok penutur lain dengan ciri yang menandai dialeknya. Contoh : bahasa Jawa dialek Banyumas, bahasa Jawa dialek Pekalongan, dialek Semarang, dsb.
c. Kronolek
Kronolek atau dialek temporal adalah variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial pada masa tertentu. Perbedaannya dapat dilihat dari segi lafal, ejaan, morfologi, sintaksis, dan leksikon. Contoh: variasi bahasa Indonesia pada masa tahun tiga puluhan, tahun lima puluhan, dan variasi bahasa yang digunakan pada masa kini.
d. Sosiolek atau Dialek Sosial
Sosiolek atau dialek sosial adalah variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya. Variasi ini menyangkut usia, pendidikan, seks, pekerjaan, tingkat kebangsawanan, keadaan sosial ekonomi, dsb. Perbedaan variasi bahasa berkenaan dengan bidang morfologi, sintaksis, kosakata.
Sehubungan dengan variasi bahasa berkenaan dengan tingkat, golongan, status, dan kelas sosial para penuturnya, terdapat variasi bahasa yang disebut akrolek, basilek, vulgar, slang, kolokial, jargon, argot, ken, dan prokem.
1. Akrolek
Akrolek adalah variasi sosial yang dianggap lebih tinggi atau lebih bergengsi daripada variasi sosial lainnya. Contoh: Bahasa Bagongan, yaitu variasi bahasa Jawa yang digunakan oleh para bangsawan kraton Jawa.
2. Basilek
Basilek adalah variasi sosial yang dianggap kurang bergengsi dan dipandang rendah. Contoh: bahasa Jawa “karma ndesa”.
3. Vulgar
Vulgar adalah variasi sosial yang ciri-cirinya tampak pemakaian bahasa oleh mereka yang kurang terpelajar, atau dari kalangan mereka yang tidak berpendidikan. Contoh: pada zaman Romawi sampai pertengahan bahasa-bahasa di Eropa dianggap sebagai bahasa vulgar, sebab pada waktu itu golongan intelek menggunakan bahasa Latin.
4. Slang
Slang adalah variasi sosial yang bersifat khusus dan rahasia. Variasi in digunakan oleh kalangan tertentu yang sangat terbatas dan tidak boleh diketahui oleh kalangan di luar kelompok itu. Kosakata dalam slang tersebut selalu berubah-ubah,bersifat temporal. Bahasa prokem dapat dikategorikan sebagai slang.
5. Kolokial
Kolokial adalah variasi sosial yang digunakan dalam percakapan sehari-hari.
Contoh: dok (dokter), prof (profesor), let (letnan), ndak ada (tidak ada), dll.
6. Jargon
Jargon adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas oleh kelompok-kelompok sosial tertentu. Ungkapan yang digunakan tidak dipahami oleh masyarakat umum, tetapi ungkapan tersebut tidak bersifat rahasia. Contoh: kelompok montir atau perbengkelan ada ungkapan seperti roda gila, didongkrak, dices, dibalans, dan dipoles.
7. Argot
Argot adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas pada profesi-profesi tertentu dan bersifat rahasia. Letak kekhususan argot adalah pada kosakata. Contoh: dalam dunia kejahatan (pencuri, tukang copet) digunakan ungkapan seperti barang dalam arti ‘mangsa’, kacamata dalam arti ‘polisi’, daun dalam arti ‘uang’, dll.
8. Ken
Ken adalah variasi sosial tertentu yang bernada memelas, dibuat merengek-rengek, penuh dengan kepura-puraan. Biasanya digunakan oleh para pengemis.
2. Variasi dari segi Pemakaian (Fungsiolek, ragam, atau register)
Variasi dari segi pemakaian biasanya dibicarakan berdasarkan bidang penggunaan, gaya, atau tingkat keformalan, dan sarana penggunaan. Variasi ini tampak pada kosakata, morfologi, dan sintaksis.
a. Ragam bahasa sastra
Ragam bahasa sastra menekankan penggunaan bahasa dari segi estetis. Kosa kata yang digunakan secara estetis memiliki ciri eufoni serta daya ungkap yang paling tepat. Struktur morfologi dan sintaksis sering dikorbankan.
b. Ragam bahasa jurnalistik
Ragam bahasa jurnalistik memiliki sifat sederhana, komunikatif, dan ringkas.
c. Ragam bahasa militer
Ragam bahasa militer dikenal dengan cirinya yang singkat, tegas, penuh singkatan dan akronim, sesuai dengan tugas dan kehidupan kemiliteran yang penuh dengan disiplin dan instruksi.
d. Ragam bahasa ilmiah
Ragam bahasa ilmiah dikenal dengan cirinya yang lugas, jelas, bebas dari keambiguan, metafora, dan idiom.
3. Variasi dari segi Keformalan
a. Ragam beku
Ragam beku adalah variasi bahasa yang paling formal, yang digunakan dalam situasi-situasi khidmat dan upacara-upacara resmi. Pola dan kaidahnya sudah ditentukan secara mantap, tidak boleh diubah. Susunan kalimat biasanya panjang-panjang, bersifat kaku, kata-katanya lengkap. Para penutur dan pendengar dituntut keseriusan dan perhatian yang penuh. Contoh: upacara kenegaraan, khotbah, tata cara pengambilan sumpah, kitab undang-undang, akta notaries, dan surat-surat keputusan.
b. Ragam usaha atau ragam konsultatif
Ragam usaha atau ragam konsultatif adalah variasi bahasa yang lazim digunakan dalam percakapan biasa di sekolah, dan rapat-rapat atau pembicaraan yang berorientasi kepada hasil atau produksi. Ragam usaha ini yang paling operasional. Wujud ragam usaha ini berada si antara ragam formal dan ragam informal/santai.
c. Ragam santai atau ragam kasual
Ragam santai atau ragam kasual adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tidak resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman karib pada waktu beristirahat, berolah raga,berekreasi, dsb. Ragam ini banyak menggunakan bentuk allegro, yakni bentuk kata atau ujaran yang dipendekkan. Kosakatanya banyak dipenuhi unsure leksikal dialek, dan unsure bahasa daerah. Struktur morfologi dan sintaksisnya seringkali tidak digunakan.
d. Ragam akrab atau ragam intim
Ragam akrab atau ragam intim adalah variasi bahasa yang digunakan oleh para peutur yang hubungannya sudah akrab, seperti antar anggota keluarga, atau antar teman karib. Ragam ini ditandai dengan penggunaan bahasa yang tidak lengkap, pendek-pendek, dan dengan artikulasi yang sering tidak jelas.
4. Variasi dari Segi Sarana
a. Ragam lisan
Dalam berbahasa lisan atau dalam menyampaikan informasi secara lisan, kita dibantu oleh unsure-unsur nonsegmental atau unsure nonlinguistic yang berupa nada suara, gerak-gerik tangan, gelengan kepala, dan sejumlah gejala-gejala fisik lainnya.
b. Ragam tulis
Dalam berbahasa tulis lebih menaruh perhatian agar kalimat-kalimat yang disusun dapat dipahami pembaca dengan baik. Kesalahan atau kesalahpengertian dalam berbahasa lisan dapat segera diperbaiki atau diralat, tetapi dalam bahasa tulis, kesalahan atau kesalahpengertian baru kemudian bisa diperbaiki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar