BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Saat ini peradaban umat manusia dalam sisi materi
berada dalam puncak kejayaannya. Namun kemajuan peradaban ini lebih banyak
dikendalikan oleh Barat, sehingga berimplikasi pada terjadinya penjajahan
peradaban Barat atas dunia Islam. Peradaban Islam yang pernah mendominasi
dunia, kini tenggelam dikangkangi hegemoni Barat. Kemajuan Barat ini disebabkan
oleh penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. (Salafudin, 194: 2013)
Pada milieu terakhir dari abad ke-14
Hijriyah ini, kita telah menyaksikan kebangkitan kesadaran Islam di seluruh
dunia, serta perjuangan-perjuangan penting dari sebagian ummah untuk
memeperoleh kemerdekaan. Akan tetapi di dalam abad ini juga kita menyaksikan
kemunduran besar yang rata-rata menimpa ummat, yakni kecerobohan mereka untuk
begitu saja meniru kebudayaan-kebudayaan asing. Yang terutama sekali menolong
penyebaran pandangan asing ini adalah sistem pendidikan, yang terbelah atas dua
cabang, yang pertama sistem “modern” dan yang kedua sistem “Islam”. (Ismail R.
al-Faruqi, ix: 2003)
Hilangnya aspek kesakralan dari konsep ilmu Barat
dan sikap keilmuan muslim yang menyebabkan terjadinya stagnasi setelah
memisahkan wahyu dari akal dan memisahkan pemikiran dari aksi dan kultur
dipandang sama berbahayanya bagi perkembangan keilmuan Islam. Oleh karena itu,
muncullah sebuah gagasan untuk mempertemukan kelebihan-kelebihan di antara
keduanya, sehingga lahir keilmuan baru yang modern tetapi tetap bersifat
religius dan bernafaskan tauhid, gagasan ini kemudian dikenal dengan istilah
Islamisasi Ilmu Pengetahuan. (M. Ghufron,
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud Islamisasi Ilmu Pengetahuan?
2.
Apa sajakah masalah-masalah yang dihadapi ummat?
4.
Apa langkah-langkah Islamisasi Ilmu Pengetahuan menurut al-Faruqi?
1.3 Tujuan
1.
Menjelaskan makna Islamisasi Ilmu Pengetahuan.
2.
Mengetahui masalah-masalah yang dihadapi ummat
3.
Mengetahui langkah-langkah Islamisasi Ilmu Pengetahuan menurut al-Faruqi.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Islamisasi Ilmu Pengetahuan
Islam adalah agama yang sempurna yang mengatur semua
bidang kehidupan (QS Al-Maidah: 3). Islam juga agama yang
tinggi dan tidak ada yang lebih
tinggi darinya. Kemajuan peradaban ini ditandai dengan revolusi ilmiah
yang terjadi secara besar-besaran di dunia Islam. Cerdik cendikia pun
bermunculan dalam berbagai disiplin pengetahuan, baik dalam bidang agama maupun
non-agama (pengetahuan umum). Tidak hanya menyangkut permasalahan fiqih dan
teologi, tetapi juga dalam bidang filsafat, matematika, astronomi, kedokteran
dan lain sebagainya. Dalam bidang hukum dikenal beberapa ulama besar yang
mazhab mereka diikuti oleh sebagian besar umat Islam di dunia hingga sekarang,
seperti Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’i, dan Imam Hanbal. Dalam
bidang filsafat dan dalam bidang pengem-bangan ilmu pengetahuan dan teknologi
muncul nama-nama Geber (Jabir Ibnu
Hayyan), Hunayn Ibnu Ishaq, Tsabit Ibnu Qurro, al-Razi, Al Kindi, Ibnu Sina, Al Farabi, Ibnu
Washiyah, Al Khawarizmi, Al Farghani, Ibnu Rusyd dan Ibnu Khaldun (Hasjmi,
dalam Salafudin, 2003 : 196).
Namun kegemilangan peradaban umat Islam tersebut,
pada saat ini telah berlalu dan
hanya menyisakan nostalgia keindahan sejarah. Sedikit demi
sedikit umat Islam mulai mengalami kemunduran dan kelemahan di berbagai bidang.
Dimulai dengan terjadinya perpecahan di kalangan umat Islam dan saling berebut
kekuasaan di kalangan kerajaan yang mengakibatkan merosotnya kekuasaan khalifah
serta melemahnya posisi umat Islam sampai akhirnya terjadi tragedi yang menjadi
catatan hitam dalam sejarah, jatuhnya Baghdad ke tangan Hulagu Khan yang
diikuti dengan pengrusakan pusat-pusat kegiatan ilmiah dan pembantaian secara
besar-besaran terhadap para guru dan ilmuwan. Juga jatuhnya Andalusia yang
diikuti dengan pembasmian kebudayaan dan identitas Islam sampai ke akar-akarnya
(Quthub, dalam Salafudin, 2003 : 196-197).
Sejak terjadinya pencerahan di Eropa, perkembangan
ilmu-ilmu rasional dalam semua bidang kajian sangat pesat dan hampir
keseluruhannya dipelopori oleh ahli sains dan cendikiawan Barat. Akibatnya,
ilmu yang berkembang dibentuk dari acuan pemikiran falsafah Barat yang
dipengaruhi oleh sekularisme, materialisme dan humanisme sehingga konsep,
penafsiran, dan makna ilmu itu sendiri tidak bisa terhindar dari pengaruh
pemikiran sekulerisme, materialisme dan humanisme dengan menghilangkan segala
kemungkinan nilai-nilai transendental. Konsep
pemikiran demikian dikonsumsi oleh umat Islam, yang karena posisinya sebagai
umat yang kalah, cenderung silau dan
tergantung kepada Barat. Umat Islam, mengidap penyakit yang oleh
Abulhassan Banisadr disebut Westomania, penyakit kejiwaan yang menganggap Barat
segala-galanya (Amien, dalam Salafudin, 2003 : 197).
Pada sisi lain, ada kecenderungan keilmuan Islam
yang bersentuhan dengan nilai-nilai teologis dan fiqih, terlalu berorientasi
pada religiusitas dan spiritualitas tanpa mempedulikan betapa pentingnya
ilmu-ilmu umum yang dianggap sekuler. Ada kecende- rungan pemikiran dikotomik
di kalangan umat Islam. Sains umum
(sains modern Barat) sering dianggap rendah status keilmuannya (Kartanegara, dalam
Salafudin, 2003 : 198).
Demi menjaga identitas keislaman, ada kecenderungan
umat Islam bersikap defensif dan eksklusif. Ini terjadi misalnya di Pondok
Pesantren dan Madrasah yang cenderung hanya menekankan pengkajian keilmuan
keislaman. Di lembaga pendidikan umum cenderung mengabaikan pengkajian keilmuan
keislaman. Hilangnya aspek kesakralan dari konsep ilmu umum serta sikap
keilmuan muslim yang defensif menyebabkan terjadinya stagnasi . Hal ini berbahaya bagi perkembangan keilmuan Islam.
Karena itu, muncullah sebuah gagasan untuk mempertemukan kelebihan-kelebihan di
antara keduanya, sehingga lahir keilmuan baru yang modern tetapi tetap bersifat
religius dan bernafaskan tauhid, gagasan ini kemudian dikenal dengan istilah
"Islamisasi Ilmu Pengetahuan” (Salafudin, 2003 : 199).
2.2.
Malaise yang Dihadapi Ummah
Menurut KBBI, malaise adalah (keadaan) lesu
dan serba sulit, perasaan kurang, yang mendahului timbulnya keadaan sakit yang
lebih gawat. Malaise yang dihadapi umat menurut Isma’il Raji al Faruqi adalah
sebagai berikut.
1.
Segi Politik
Umat terpecah-pecah, kekuatan-kekuatan kolonial
telah berhasil memecah-mecah ummah menjadi kurang lebih 50 negara yang berdiri
sendiri, dan saling berhantam di antara mereka.
2.
Segi Ekonomi
Ummah belum maju dan terbelakang. Mayoritas
anggota-anggotanya, di manapun, adalah orang-orang yang buta huruf. Produksi
barang dan jasa mereka berada jauh di bawah kebutuhan.
3.
Segi Religio-Kultural
Abad-abad kemerosotan kaum Muslimin telah
menyebabkan berkembangnya buta-huruf, kebodohan dan tahyul di antara mereka. Pemimpin-pemimpin
muslim yang telah mengalami westernisasi tidak mengetahui bahwa program-program
mereka akan merobohkan agama Islam dan kultur warganya. Oleh kolonialis atau
anteknya, segala sesuatu yang berbau Islam diserang, integritas Al-Quran,
kerasulan Nabi Muhammad SAW, kebenaran sunnahnya, kesempurnaan syari’ah,
prestasi-prestasi gemilang yang dicapai kaum Muslimin di dalam kultur dan
kebudayaan, tidak satupun lepas dari serangan.
4.
Segi Pendidikan
Sistem pendidikan yang merata dan umum berlaku
merupakan inti dari malaise yang dihadapi ummah. Keadaan pendidikan di Dunia
Islam adalah yang terburuk. Sistem pendidikan yang sekuler memegang proporsi
yang besar, dan mencampakkan sistem Islam dalam bidang ini. Pendidikan islam,
kebanyakan merupakan usaha swasta yang mendapat dana dari masyarakat.
Mutu lembaga di Dunia Islam yang rendah merupakan
masalah yang tak terpecahkan. Pemimpin-pemimpin pendidikan di Dunia Islam
adalah orang yang tidak mempunyai ide, tanpa kultur, dan tanpa tujuan. Materi
dan metodologi yang diajarkan di Dunia Islam adalah jiplakan dari Barat yang
memberi pengaruh jelek, mendeislamisasikan siswa, dan membuat para lulusan
menginjak tahap sophomore, mereka
mengira tahu tetapi sesungguhnya yang mereka ketahui sedikit sekali. Dengan
demikian, kemungkinan untuk memperoleh keunggulan di dalam disiplin-disiplin
Barat tidak didapatkan oleh siswa Muslim.
Dosen di universitas Dunia Isalm tidak memiliki
wawasan (vision) Islam dan tidak didorong oleh cita-cita islam. Mahasiswa yang
masuk perguruan tinggi dibekali sedikit sekali mengenai Islam.
2.3. Langkah-langkah
Islamisasi Ilmu Pengetahuan Menurut al-Faruqi
Karya dari al-Faruqi tentang ide Islamisasi sains
adalah “Islamization of knowledge: General Principles and Work Plan”. Ide
al-Faruqi ini sebagaimana juga banyak menjadi landasan awal ide Islamisasi
sains Nasr dan Bucaille, yaitu berawal dari keprihatinannya yang mencermati
bahwa dalam jajaran peradaban dunia dewasa ini umat Islam hampir di semua segi
baik politik, ekonomi, budaya maupun pendidikan berada pada posisi bangsa yang
paling rendah. Al-Faruqi menyebut hal ini sebagai malaise yang dihadapi umat
(Zainal: 2007).
Ilmu pengetahuan menurut tradisi Islam tidak
menerangkan dan memahami realitas sebagai entitas yang terpisah dan independen
dari realitas absolut (Allah), tetapi melihatnya sebagai bagian integral dari
eksistensi Allah. Oleh karena itu, Islamisasi ilmu pengetahuan menurut
al-Faruqi harus diarahkan pada suatu kondisi analisis dan sintesis tentang
hubungan realitas yang sedang dipelajari dengan hukum (pola) hukum Tuhan.
Langkah-langkah untuk mencapai proses islamisasi
ilmu pengetahuan menurut Isma’il Raji al Faruqi adalah sebagai berikut.
1.
Penguasaan Disiplin Ilmu Modern
Disiplin-disiplin ilmu dalam tingkat kemajuannya di
Barat diuraikan menjadi kategori-kategori, prinsip-prinsip,
metodologi-metodologi, problema-problema dan tema-tema. Penguraian tersebut
harus mencerminkan ‘daftar isi’ sebuah buku. Hasil uraian tersebut harus
berbentuk kalimat-kalimat yang memperjelas istilah-istilah teknis, menerangkan
kategori, prinsip, problema, dan tema pokok disiplin ilmu Barat.
2.
Survey Disiplin Ilmu
Setiap disiplin ilmu harus disurvei dan esei-esei
harus ditulis dalam bentuk bagan mengenai asal-usul dan perkembangannya beserta
pertumbuhan metodologinya, perluasan cakrawala wawasannya, dan tak lupa
sumbangan-sumbangan pemikiran yang diberikan oleh para tokoh utamanya. Langkah
ini bertujuan untuk memantapkan pemahaman Muslim akan disiplin ilmu yang
dikembangkan di dunia Barat.
3.
Penguasaan Khasanah Islam: Sebuah Antologi
Sebelum menyelami seluk-beluk relevansi islam bagi
suatu disiplin ilmu modern, perlu ditemukan sampai berapa jauh khasanah ilmiah
islam menyentuh dan membahas obyek disiplin ilmu tersebut.
Langkah ini meliputi persiapan penerbitan beberapa
jilid antologi bacaan-bacaan pilihan dari khasanah Islam untuk setiap disiplin
ilmu modern. Antologi ini memberi kemudahan bagi para ilmuwan Muslim modern
untuk mengetahui sumbangan khasanah ilmiah Islam di bidang keilmuan yang
menjadi spesialisasi mereka.
4.
Penguasaan Khasanah Ilmiah Islam Tahap Analisa
Untuk dapat mendekatkan karya-karya hasil khasanah
ilmiah islam dengan para ilmuwan muslim yang terdidik dalam cara Barat, kita
perlu melakukan sesuatu yang lebih besar daripada sekedar menyajikan
berhalaman-halaman bahan dalam bentuk antologi.
5.
Penentuan Relevansi Islam yang Khas Terhadap Disiplin-disiplin Ilmu
Relevansi-relevansi khasanah islam yang spesifik
pada masing-masing ilmu harus diturunkan secara logis.
6. Penilaian Kritis terhadap Disiplin Ilmu Modern:
Tingkat Perkembangannya di Masa Kini
Ini adalah langkah utama dalam proses islamisasi
ilmu pengetahuan. Permasalahan pokok dan tema-tema abadi masing-masing disiplin
harus dianalisa dan diuji akan reduksionisme, kesesuaian, kemasukakalan dan
ketepatan asasnya dengan konsep panca kesatuan yang diajarkan islam.
7.
Penilaian Kritis terhadap Khasanah Islam: Tingkat Perkembangannya Dewasa Ini
Khasanah islam adalah Qur’an suci, firman-firman
Allah, dan sunnah Rasul SAW. Tugas untuk menilai khasanah islam pada suatu
bidang kegiatan manusia harus ditangani oleh para ahli di bidang tersebut.
8.
Survey Permasalahan yang Dihadapi Umat Islam
Kearifan yang dikandung setiap disiplin ilmu harus
dihadapkan dan dimanfaatkan untuk menanggulangi permasalahan umat islam agar
kaum muslimin dapat memahaminya dengan benar, menilai dengan tepat pengaruhnya
pada kehidupan umat serta memetakan dengan teliti semua pengaruh yang
diberikannya pada tujuan global islam.
9.
Survey Permasalahan yang dihadapi Umat Manusia
Sebenarnya, amanah Allah SWT meliputi seluruh jagad
raya, dan sebagai konsekuensinya tanggung jawab terhadap manusia juga
tercakupdi dalamnya. Umat islam memiliki wawasan yang diperlukan untuk kemajuan
manusia untuk membuat sejarah berjalan kea rah apa yang dikehendaki Allah SWT.
10.
Analisa Kreatif dan Sintesa
Sintesa kreatif harus dicetuskan diantara ilmu-ilmu
islam tradisional dan disiplin-disiplin ilmu modern untuk dapat mendobrak
kemandegan selama beberapa abad terakhir ini.
11. Penuangan kembali Disiplin Ilmu Modern ke dalam
Kerangka Islam: Buku-buku Daras Tingkat Universitas
Pada dasarnya, para pemikir islam tidak akan tiba
pada suatu penyelesaian yang sama, atau memilih pilihan yang sama dalam hal
penentuan relevansi islam terhadap
eksistensi umat islam di masa kini dan di masa mendatang.
12.
Penyebarluasan Ilmu-ilmu yang Telah diislamkan
Adalah suatu kesia-siaan apabila hasil karya para
ilmuwan muslim hanya disimpan sebagai koleksi pribadi mereka masing-masing.
Karya apa saja yang dibuat berdasar Lillahi Ta’ala adalah menjadi milik seluruh
umat islam. Pemanfaatan karya-karya tersebut tidak mendapat berkah Allah
kecuali jika dilaksanakan untuk sebanyak mungkin makhluk-Nya.
BAB
III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari hasil makalah ini, dapat disimpulkan beberapa
hal dari Islamisasi Ilmu Pengetahuan antara lain:
1. Islamisasi pengetahuan adalah gagasan untuk
mempertemukan kelebihan-kelebihan di antara keilmuan Islam dan keilmuan secara
umum, sehingga lahir keilmuan baru yang modern tetapi tetap bersifat religius
dan bernafaskan tauhid.
2. Malaise yang dihadapi umat mencakup dari segi
politik, ekonomi, religio-kultural, dan pendidikan.
3. Proses untuk mencapai Islamisasi ilmu pengetahuan
menurut al-Faruqi ada 12 langkah yang harus dijalani.
3.2. Saran
Dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan
sehingga tidak sesuai dengan keinginan pembaca. Saran sangat kami harapkan agar
kekurangan-kekurangan tersebut dapat penulis perbaiki.
DAFTAR
PUSTAKA
Salafudin. Islamisasi
Ilmu Pengetahuan. 2003. Forum Tarbiyah Vol. 11, No. 2, Desember 2013.
Diunduh tanggal 2 Juni 2018.
Faruqi, Isma’il Raji al. 2003. Islamisasi Pengetahuan. Bandung:
Penerbit Pustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar