Selasa, 11 Desember 2018

PSIKOLINGUISTIK


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Pada hakikatnya bahasa merupakan alat komunikasi atau interaksi manusia yang memiliki beberapa karakteristik yaitu sistematik, arbitrer, bunyi ujar, manusiawi, dan komunikatif. Sesuai yang dikemukakan Kridalaksana, (1993:21) yang menyatakan bahwa, bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri.
Setiap manusia sesungguhnya memiliki potensi menguasai bahasa yang sama. Dalam proses dan sifat penguasaan bahasa seseorang berlangsung secara dinamis dan melalui tahapan-tahapan yang berjenjang. Seperti pada bayi yang baru lahir cara ia melakukan komunikasi tentunya dengan tangisan. Segala bentuk yang ingin ia sampaikan dan apa yang ia butuhkan tentunya melalui tangisan.
Menurut Christana, (2012: 203) perkembangan bahasa meliputi perkembangan fonologis meliputi penguasaan lambang bunyi, perkembangan morfologi berkaitan pembentukan kata-kata, perkembangan sintaksis berkaitan dengan penguasaan tata bahasa, perkembangan leksikal berkaitan dengan perluasan kata serta arti kata-kata, perkembangan semantik berkaitan dengan dengan penguasaan arti bahasa.
Pemerolehan ujaran anak merupakan salah satu tahap paling penting dalam perkembangan bahasa anak. Bahasa anak berkembang dan dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Sebagaimana diungkapkan Dardjowidjojo (2012: 199) bahwa faktor lingkungan memang penting, tetapi faktor itu hanya memicu apa yang sudah ada pada bilogi manusia. Anak bukan hanya melakukan peniruan, tetapi juga mengembangkan bahasanya sendiri. Hal ini senada dengan pendapat Mar’at (2011:72) yang mengatakan bahwa semakin banyak rangsang bahasa yang diterima dari lingkungan maka semakin banyak pula asosiasi yang terjadi dan disimpan dalam ingatannya.
B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas penulis merumuskan masalah sebagai berikut.
1.   Bagaimana perkembangan bahasa pada anak usia 4-5 tahun jika ditinjau dari segi fonologi?
2.   Bagaimana perkembangan bahasa pada anak usia 4-5 tahun jika ditinjau dari segi semantik?
3.   Bagaimana perkembangan bahasa pada anak usia 4-5 tahun jika ditinjau dari segi sintaksis?
4.   Bagaimana perkembangan bahasa pada anak usia 4-5 tahun jika ditinjau dari segi pragmatik?
5.   Apakah terdapat faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak usia 4-5 tahun?

C.      Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut.
1.   Untuk mengetaui perkembangan bahasa pada anak usia 4-5 tahun jika ditinjau dari segi fonologi.
2.   Untuk mengetaui perkembangan bahasa pada anak usia 4-5 tahun jika ditinjau dari segi semantik.
3.   Untuk mengetaui perkembangan bahasa pada anak usia 4-5 tahun jika ditinjau dari segi sintaksis.
4.   Untuk mengetaui perkembangan bahasa pada anak usia 4-5 tahun jika ditinjau dari segi pragmatik.
5.   Untuk mengetaui faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak usia 4-5 tahun.

D.  Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskrptif kualitatif. Penelitian ini bertujuan  untuk  mendeskripsikan  keadaan  atau  fenomena pada anak  usia 4-5 tahun yang berkaitan dengan pemerolehan fonologi, semantik, sintaksis, dan pragmatik. Data dan sumber data penelitian ini adalah ujaran anak usia 4-5 tahun yang di dalamnya  terdapat pemerolehan  fonologi, semantik, sintaksis, dan pragmatik.




BAB II
KAJIAN TEORETIS

A.      Pengertian Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa merupakan proses yang dilalui untuk memperoleh bahasa dalam memahami kata yang didengar sampai dapat menggunakan kata tersebut. Pada dasarnya bahwa seseorang akan memahami bahasa dimulai dengan mendengarkan di sekitar. Pada tahap mendengarkanlah merupakan proses yang sangat penting.
B.       Tahap Perkembangan Bahasa Pada Anak
Manusia berkomunikasi melalui bahasa memerlukan proses yang berkembang dalam tahap-tahap usianya. Bahasa yang digunakan anak dalam berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungannya yang dilakukan untuk bertukar gagasan, pikiran dan emosi. Bahasa bisa diekspresikan melalui lisan, tulisan, tanda dan musik. Bahasa juga menycakup aspek komunikasi nonverbal seperti gestikulasi, gestur atau pantomim. Berikut tahapan-tahapan perkembangan berbahasa pada anak.
1. Perkembangan Fonologi
     Pemerolehan fonem (secara reseptif) dimulai sejak anak mampu membedakan binyi-bunyi bahasanya sendiri, yakni pada usia 6 bulan. Adapun kemampuan membedakan bunyi berbagai bahasa telah dimulai lebih awal, yakni pada usia 2-6 bulan (Musfiroh, 2017:70).
     Menurut Mar’at (2005:46-47) Pada tahap-tahap permulaan perolehan bahasa, biasanya anak-anak memproduksi perkataan orang dewasa yang disederhanakan dengan cara sebagai berikut:
1. Menghilangkan konsonan akhir
2. Mengurangi kelompok konsonan menjadi segmen tunggal
3. Menghilangkan silabe yang tidak diberi tekanan (weak syllable delection)
4. Duplikasi silaba yang sederhana (reduplikasi)
2. Perkembangan Semantik
Arti semantik sebuah kata dapat dianalisis berdasarkan fitur atau faktor lingkungan tempat anak tersebut berbicara (Musfiroh, 2017:75). Menurut Steinberg dan Sciarini via Musfiroh (2017:75) anak melibatkan hubungan semantik dalam kalimat untuk melahirkan kata-kata yang bermakna gramatikal. Hubungan semantik tersebut bisa berupa agen yang bertindak, mengalami, ataupun menderita.
Perkembangan semantik menurut Mar’at (2005:48-49) sebagai berikut:
a.      Over extension
Misalnya: bow-bow à semua binatang
b.      Under extension
Perkataan si anak hanya menunjuk pada bagian dari butir-butir (item-item) yang ada dalam kategorinya orang dewasa.
Mobil à hanya mobil yang lewat di depan rumah.
c.       Meaning with no overlap
Kata-kata yang dipakai tidak memberikan dasar untuk komunikasi sehingga akhirnya ditinggalkan oleh anak-anak.
3. Perkembangan Sintaksis
1. Kalimat Holofrastik
Holofrastik berasal dari kata “holo” yang berarti keseluruhan, dan “phras” yang berarti frase atau kalimat. Ucapan-ucapan satu kata pada periode ini disebut holofrastik karena anak-anak menyatakan makna keseluruhan frase atau kalimat dalam satu kata yang diucapkannya itu. Tahap holofrastik dialami oleh anak normal pada usia sekitar 1-2 tahun (Musfiroh, 2017:76)
2. Kalimat Telegrafik
Ujaran anak tidak berkembang secara cepat ke tahap dua atau tiga kata. Pada kebanyakan kasus, tahap ini muncul pada sekitar usia dua tahun (Musfiroh, 2017:76).
3. Kalimat Tunggal dan Kalimat Majemuk
Anak usia 4-5 tahun telah mampu membuat kalimat dengan 5 kata, serta mampu membuat dan menjawab pertanyaan. Pada tahap ini anak sudah mulai menerapkan struktur tata bahasa dan kalimat-kalimat yang agak lebih rumit (Musfiroh, 2017:77).
4. Perkembangan Pragmatik
a.       Pragmatik dalam Periode Sensori-Motorik (0-2 tahun)
Pada periode ini anak melakukan komunikasinya melalui tangisan, jeritan, maupun suara lain yang belum bisa dianggap sebagai ‘kata’ (Musfiroh, 2017:87).
b.      Pragmatik dalam Periode Pra-operasional (1,5-7 tahun)
Pada periode ini anak sangat agresif untuk mendapatkan kata-kata baru, dan menggunakannya dalam percakapan. Wells (via Musfiroh, 2017:90) mengidentifikasi 6 kategori pragmatik yang dapat diseajarkan dengan fungsi bahasa, yakni kontrol, representatif, ekspresif, sosial, tutorial, dan prosedural.
c.       Pragmatik dalam Periode Operasional Konkret (6,5-11 tahun)
Periode ini ditandai dengan munculnya kesantunan berbahasa (Musfiroh, 2017:92).
d.      Pragmatik dalam Periode Operasional Formal (11 tahun-dewasa)
Periode ini ditandai dengan percakapan yang semakin memenuhi prinsip kerjasama dan prinsip kesantunan (Musfiroh, 2017:94)
Menurut M. Schaerlaekens (via Mar’at, 2005:61) perkembangan bahasa anak dibagi dalam empat periode.
1.        Tahap Artikulasi atau Periode Prelingual (0 - 1 tahun)
Menurut Chaer (2009: 230) tahap ini dilalui bayi antara sejak lahir sampai kira-kira berusia 14 bulan. Menjelang usia satu tahun, bayi dimanapun sudah mampu menghasilkan bunyi-bunyi vocal “aaa”, “eee”, atau “uuu” dengan maksud untuk menyatakan perasaan tertentu. Perkembangan artikulasi dilalui seorang bayi melalui rangkaian tahap bunyi resonansi, bunyi berdekut, bunyi berleter, berleter ulang, bunyi vokabel.
Disebut periode prelingual karena anak belum dapat mengucapkan ‘bahasa ucapan’ seperti yang diucapkan orang dewasa, dalam arti belum mengikuti aturan-aturan bahasa yang berlaku (Mar’at, 2005:61)
2.        Periode Lingual Dini (1 - 2,5 tahun)
a.         Periode kalimat satu kata (holophrare)
Kalimat satu kata yang lazim disebut holofrasis oleh banyak pakar dapat dianggap bukan sebagai kalimat, karena maknanya sukar diprediksikan. Kalimat bagi mereka dalam pemerolehan sintaksis baru dimulai kalau anak itu sudah dapat menggabungkan dua buah kata (lebih kurang ketika beruia dua tahun) (Chaer, 2009: 235). Ucapan ‘ibu’ dapat berarti ‘Ibu kesini!’atau ‘Ibu kemana?’dan bisa juga‘Ibu tolong saya!’
b.         Periode Kalimat Dua Kata
Kalimat dua kata adalah kalimat yang hanya terdiri dari dua buah kata, sebagai kelanjutan dari kalimat satu kata. Kemampuan untuk menggabungkan dua kata ini dalam bentuk sebuah kalimat dikuasai anak menjelang usia 18 bulan. Dalam menggabungkan kata, anak mengikuti urutan kata yang terdapat pada bahasa orang dewasa (Chaer, 2009: 235). Contoh: ‘Ini Budi’, ‘Mama susu’.
c.         Kalimat lebih dari dua kata (more word sentence)
Keterampilan anak membentuk lebih dari dua kata terlihat dari panjangnya kalimat, kalimat tiga kata, kalimat empat kata, dan seterusnya (Mar’at, 2011: 62). Menjelang usia dua tahun anak rata-rata sudah dapat menyusun kalimat empat kata yakni dengan cara perluasan, meskipun kalimat dua kata masih mendominasi korpus bicaranya (Chaer, 2009: 236). Pada periode ini penggunaan bahasa tidak bersifat egosentris lagi, melainkan anak sudah mempergunakan untuk komunikasi dengan orang lain, sehingga mulailah terjadi suatu konversasi yang sesungguhnya antara anak dengan orang dewasa (Mar’at, 2005: 66).
3.        Periode Diferensiasi (usia 2,5 – 5 tahun)
Pada tahap ini pembendaharaan kata berkembang, baik kuantitatif maupun kualitatif. Selain itu, anak mulai menguasai kata benda, kata kerja, serta menggunakan kata depan, kata ganti. Anak sudah dapat mengadakan konversasi dengan cara yang dapat dimengerti oleh orang dewasa. Persepsi anak dan pengalamannya tentang dunia luar mulai ingin dibaginya dengan orang lain (Mar’at, 2011: 66).
4.        Tahap Menjelang Sekolah (sesudah usia 5 tahun)
Menurut Chaer, (2009: 237) yang dimaksud tahap menjelang sekolah adalah menjelang anak masuk sekolah dasar: yaitu pada waktu mereka berusia antara 5-6 tahun. Pendidikan di taman kanak-kanak (TK), apalagi kelompok bermain (playgroup) belum dapat dianggap sebagai sekolah, sebab sifatnya hanya menolong anak untuk siap memasuki pendidikan dasar
Ketika memasuki taman kanak-kanak (TK) anak sudah menguasai hampir semua kaidah dasar gramatikal bahasanya. Dia sudah dapat membuat kalimat berita, kalimat tanya, dan sejumlah konstruksi lain. Hanya masih mendapat kesulitan dalam membuat kalimat pasif (Chaer, 2009: 238).

C.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa pada Anak
Berikut ini ada empat faktor yang mempengaruhi perkembagan bahasa pada anak.
1.        Faktor Biologis
Setiap anak yang lahir telah dikaruniai kemampuan kodrati atau alami yang memungkinkannya untuk menguasai bahasa. Potensi alami itu bekerja secara otomatis. Menurut Chomsky (1975 dalam Santrock, 1994) menyatakan bahwa potensi yang terkandung dalam perangkat biologis anak dengan istilah piranti pemerolehan bahasa. Dengan piranti itu, anak dapat menercap sistem suatu bahasa yang terdiri atas subsistem fonologis, tatabahasa, kosakata, dan pragmatik serta menggunakannya dalam berbahasa.
2.        Faktor Lingkungan Sosial
Dalam kemampuan berbahasa, seorang anak memerlukan orang lain untuk berinteraksi dan berkomunikasi. Anak yang secara sengaja dicegah untuk mendengarkan sesuatu atau menggunakan bahasanya untuk berkomunikasi, tidak akan memiliki kemampuan berbahasa yang baik. Mengapa dmeikian? Bahasa yang diperoleh anak tidak diwariskan secara genetis atau keturunan, tetapi diperoleh dalam lingkungan disekitarnya.
Senada yang diungkapkan Mar’at (2011:72) yang mengatakan bahwa semakin banyak rangsang bahasa yang diterima dari lingkungan maka semakin banyak pula asosiasi yang terjadi dan disimpan dalam ingatannya. Sedikit berbeda menurut Dardjowidjojo (2012: 199) bahwa faktor lingkungan memang penting, tetapi faktor itu hanya memicu apa yang sudah ada pada bilogi manusia. Anak bukan hanya melakukan peniruan, tetapi juga mengembangkan bahasanya sendiri.
Atas dasar itu seorang naak memerlukan orang lain untuk mengirim dan menerima tanda-tanda suara dalam bahasa dalam hal ini seorang ibunya sendiri. Seorang anak memerlukan seorang ibunya untuk mendengarkan apa yang ibunya ucapkan dan menyampaikannya dnegan tanda-tanda. Sehingga anak semakin lama akan menirukan apa yang telah ia dengar. Dengan demikian, merupakan salah satu faktor utama yang menentukan pemerolehan dan perkembangan bahasa anak.
3.        Faktor Intelegensi
Menurut Zanden (1980) menyatakan bahwa itelegensi sebagai kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah. Intelegensi ini bersifat abstrak dan tidak dapat diamati secara langsung. Pemahaman kita tentang tingkat intelegensi sesorang hanya dapat disimpulkann melalui perilakunya.
Maka anak yang memiliki inteleginsi tinggi akan lebih cepat memperoleh bahasa. Akan tetapi, tergantung seberapa lama jagka waktu dan tingkat kreativitasnya serta faktor pendukung yang didapatkan dari faktor eksternal.
4.        Faktor Motivasi
Menurut Benson (1988) menyatakan bahwa kekuatan motivasi dapat menjelaskan  “mengapa seorang anak yang normal sukses mempelajari bahasa ibunya”. Sumber motivasi itu ada 2 sumber yaitu dalam dan luar diri anak.
Dalam perkembangan bahasa anak, anak belajar bahasa bukan karena terdorong karena ingin menguasai bahasa sendri. Tetapi, ia belajar bahasa karena kebutuhan dasar seperti lapar, haus, serta perlu diperhatikan oleh lingkungannya. Inilah yang disebut motivasi intrinsik yang berasal dari anak sendiri. Untuk itulah anak memerlukan komunikasi dnegan sekitarnya. Kebutuhan komunikasi ini diperlukan untuk memahami apa yang ia maksudkan dan memahami apa yang ia terima guna mewujudkan kebutuhan atau kepentingan dirinya.
5.     Faktor Kesehatan
Kesehatan merupakan faktor yang memepengaruhi perkembangan bahasa anak, terutama pada bahasa awal kehidupannya. Apabila anak mengalami sakit terus menerus maka anak tersebut akan mengalami kelambatan atau kesulitan dalam perkembangan bahasanya.
6.     Faktor Jenis Kelamin (seks)
Pada tahun pertama usia anak tidak ada perbedaan dalam vokalisasi antara pria dan wanita. Namun mulai sia dua tahun anak wanita menunjukkan perkembangan yang lebih.


DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta.
Mar’at, Samsunuwiyati. 2005. Psikolinguistik Suatu Pengantar. Bandung: PT Refika Aditama.
Musfiroh, Tadkiroatun. 2017. Psikolinguistik Edukasional – Psikolinguistik untuk Pendidikan Bahasa. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Tarigan, Henry Guntur. 1986. Psikolinguistik. Bandung: Angkasa.
Teguhsubianto.blogspot.com. diakses tanggal 19 Juli 2018.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar