BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Wacana merupakan tataran yang paling besar dalam
hierarki kebahasaan. Sebagai tataran terbesar dalam hierarki kebahasaan, wacana
tidak merupakan susunan kalimat secara acak, tetapi merupakan satuan bahasa,
baik lisan maupun tulis. Wacana yang baik adalah wacana yang harus
memperhatikan hubungan antarkalimat. Hal ini harus selalu diperhatikan untuk
memelihara keterkaitan dan keruntutan antarkalimat. Hubungan antar kalimat
dalam sebuah wacana tersusun berkesinambungan dan membentuk suatu kepaduan.
Oleh karena itu, kepaduan makna dan kerapian bentuk pada wacana merupakan salah
satu faktor yang penting dalam rangka meningkatkan tingkat keterbacaan.
Wacana tulis hubungan antarkalimat harus selalu
diperhatikan untuk memelihara keterkaitan dan keruntutan antarkalimat.
Keterkaitan dan kerapian bentuk dalam ilmu bahasa dinamakan kohesi dan
koherensi. Kohesi dan koherensi mempunyai peran yaitu untuk memelihara
keterkaitan antarkalimat, sehingga wacana menjadi padu, tidak hanya sekumpulan
kalimat yang setiap kalimat mengandung pokok pembicaraan yang berbeda,
melainkan satu unsur dalam teks yang harus menyatakan konsep ikatan.
Wacana dalam hal ini wacana berbentuk tertulis,
menjadi bahan yang menarik untuk dikaji. Wacana-wacana yang berasal dari media
seperti surat kabar, majalah, buku-buku teks, dokumen, prasasti, novel, cerpen,
dan sebagainya dapat dikaji dari bentuk gramatikal, leksikal maupun dari segi
konteks. Wacana-wacana tersebut mempunyai keunikan tersendiri sehingga menarik
untuk dikaji.
Teknologi di bidang informasi dan komunikasi saat
ini mengalami revolusi. Semakin berkembangnya sebuah teknologi selalu
diikuti pembaharuan yang terus-menerus dan kemudian akan disusul
dengan teknologi lainnya. Perkembangan tersebut seiring dengan meningkatnya
kemudahan akses internet di setiap negara di dunia. Internet telah menjadi
kebutuhan bagi manusia zaman digital. Jika dahulu kita dibiasakan menonton TV
atau membaca koran untuk memperoleh informasi, sekarang gaya hidup semacam itu
telah berubah. Media massa yang berupa media cetak pun mengalami revolusi. Saat
ini, perusahaan media massa menggunakan laman dalam jaringan untuk mengunggah
berita.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang di atas penulis merumuskan masalah sebagai berikut.
1. Alat-alat
kohesi leksikal apa sajakah yang digunakan dalam wacana berita politik
Kompas.com?
2. Alat-alat
kohesi gramatikal apa sajakah yang digunakan dalam wacana berita politik Kompas.com?
3.
Bagaimanakah hubungan makna atau
koherensi dalam wacana berita politik Kompas.com?
C.
Tujuan
Berdasarkan rumusan
masalah di atas makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut.
1. Untuk
mengetahui alat-alat kohesi leksikal yang digunakan dalam wacana berita politik
Kompas.com.
2. Untuk
mengetahui alat-alat kohesi gramatikal yang digunakan dalam wacana berita
politik Kompas.com.
3. Untuk
mengetahui hubungan makna atau koherensi pada wacana berita berita politik Kompas.com.
D. Metodologi Penelitian
Penelitian
ini merupakan penelitian kualitatif. Data dalam penelitian ini adalah berupa
data tertulis yang berupa berita politik di laman Kompas.com berjudul Sinyal dari Romahurmuziy, Apakah Mahfud MD
Cawapres Jokowi? Berita tersebut diakses pada tanggal 8 Agustus 2018. Penggalan
wacana yang dijadikan data dalam penelitian ini adalah penggalan yang terdapat
hubungan bentuk (kohesi) dan hubungan makna (koherensi).
E.
Telaah Pustaka
Heny Indriastuti Riza Fauzi,
Edy Suryanto, dan Kenfitria Diah Wijayanti dalam
jurnalnya yang berjudul Analisis
Bentuk Kohesi dan Koherensi Wacana Berita dalam Majalah Panjebar Semangat Sebagai Materi
Pembelajaran Bahasa Jawa di SMP menyimpulkan kohesi wacana berita dalam majalah Panyebar Semangat berbentuk
gramatikal dan leksikal. Unsur konjugasi mendominasi dalam kohesi gramatikal dibandingkan
dengan unsur pengacuan, substitusi, dan pelesapan; sedangkan unsur repetisi mendominasi
dalam kohesi bentuk leksikal dibandingkan dengan unsur sinonimi, antonimi,
kolokasi, hiponimi, dan ekuivalensi. Koherensi wacana berita dalam majalah
Panyebar Semangat jenis hubungan sebab-akibat lebih dominan dibandingkan dengan
jenis hubungan sarana-hasil, alasansebab, sarana-tujuan, latar-kesimpulan,
syarat-hasil, parafrasis, amplikatif, aditif-waktu, indentifikasi,
generik-spesifik, dan ibarat. Berbagai bentuk kohesi dan koherensi wacana berita
dalam majalah Panyebar Semangat dinilai cocok dan layak dijadikan sebagai
materi pembelajaran bahasa Jawa di SMP, baik dilihat dari aspek bahasa, budaya,
filosofis, dan kurikuler.
Penelitian
ini berbeda dari penelitian yang telah disebutkan. Dalam penelitian ini penulis membahas kohesi dan koherensi pada wacana berita
Kompas.com yang mengkaji kohesi gramatikal dan leksikal serta
koherensi atau keterpaduan wacana.
BAB
II
KAJIAN
TEORI
A. Pengertian Wacana
Istilah “wacana” berasal dari bahasa Sansekerta
wac/wak/vak, artinya ‘berkata’, ‘berucap’ (Douglas dalam Mulyana, 2005:3). Kata
wacana dapat diartikan sebagai ‘perkataan’ atau ‘tuturan’. HG Tarigan dalam
Mulyana (2005:6) mengemukakan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang paling
lengkap, lebih tinggi dari klausa dan kalimat, memiliki kohesi dan kherensi
yang baik, mempunyai awal dan akhir yang jelas, berkesinambungan, dan dapat
disampaikan secara lisan atau tertulis.
Dalam satuan/hierarki kebahasaaan, kedudukan wacana
berada pada posisi paling besar dan paling tinggi. Hal ini karena wacana sebagai satuan
gramatikal dan sekaligus objek kajian linguistik mengandung semua unsur
kebahasaan yang diperlukan dalam segala bentuk komunikasi. Tiap kajian wacana
akan selalu mengaitkan unsur-unsur satuan kebahasaan yang ada di bawahnya
seperti fonem, morfem, frasa, klausa, atau kalimat. Satuan kebahasaan yang ada
di bawah akan tercakup dan menjadi bagian dari satuan bahasa yang berbeda di
atasnya. Demikian seterusnya, hingga mencapai unit ‘wacana’ sebagai satuan
kebahasaan yang paling besar.
B.
Kohesi
Kohesi adalah hubungan antarkalimat dalam sebuah
wacana baik dalam strata gramatikal maupun dalam strata leksiakal tertentu (Gutwinsky
dalam Tarigan, 2009:92). Sejalan dengan Mulyana (2005:26) yang menyebutkan
kohesi dalam wacana diartikan sebagai kepaduan bentuk yang secara struktural
membentuk ikatan sintaktikal.
Halliday dan Hasan dalam Tarigan (2009: 3)
mengelompokkan sarana-sarana kohesif dalam lima kategori yaitu pronomina (kata
ganti), substitusi (penggantian), elipsis, konjungsi, dan leksikal. Dengan kata
lain kohesi wacana terbagi ke dalam dua aspek, yaitu kohesi gramatikal dan
kohesi leksikal. Kohesi gramatikal terdiri dari pronomina (kata ganti),
substitusi (penggantian), elipsis, dan konjungsi. Sedangkan kohesi leksikal
adalah repetisi (pengulangan), sinonim, antonim, hiponim, kolokasi, dan ekuivalensi.
1. Kohesi Gramatikal
Macam-macam
kohesi gramatikal adalah sebagai berikut.
a. Pronomina
(kata ganti)
Pronomina atau
kata ganti terdiri atas kata ganti diri, kata ganti penunjuk, dan lain-lain.
1)
Kata ganti diri misalnya saya, aku, kita, kami; engkau, kamu, kau,
kalian, anda; dia, mereka.
2) Kata
ganti penunjuk adalah ini, itu, sini,
situ, sana, di sini, di situ, di sana, ke sini, ke situ, kesana. Kata ganti
penunjuk terbagi atas dua jenis, yaitu penunjukkan eksoforik (di luar teks) dan
penunjukkan endoforik (di dalam teks).
3) Kata
ganti empunya meliputi –ku, -mu, -nya,
kami, kamu, kalian, mereka. Bentuk-bentuk –ku, -mu, -nya disebut juga bentuk enklitis.
4) Kata
ganti penanya meliputi apa, siapa, mana,
kapan, mengapa, bagaimana, di mana.
5) Kata
ganti penghubung adalah yang.
6) Kata
ganti tak tentu misalnya siapa-siapa,
masing-masing, seuatu, seseorang, para.
b. Substitusi
(penggantian)
Substitusi
adalah proses atau hasil penggantian unsur bahasa oleh unsur lain dalam satuan
yang lebih besar untuk memperoleh unsur-unsur pembeda atau untuk menjelaskan
suatu struktur tertentu (Kridalaksana dalam Tarigan, 2009:96). Proses
substitusi merupakan hubungan gramatikal dan lebih bersifat hubungan kata dan
makna. Substitusi dapat bersifat nominal, verbal, klausal, atau campuran;
misalnya satu, sama, seperti itu,
sedemikian rupa, demikian, begitu, melakukan hal yang sama.
c. Elipsis
(penghilangan/pelesapan)
Elipsis adalah
peniadaan kata atau satuan lain yang wujud asalnya dapat diramalkan dari
konteks bahasa atau konteks luar bahasa (Kridalaksana dalam Tarigan, 2009:97).
Elipsis dapat pula dikatakan penggantian nol (zero); sesuatu yang ada tetapi tidak diucapkan atau tidak
dituliskan. Hal ini dilakukan demi kepraktisan. Elipsis dapat dibedakan atas
elipsis nominal, elipsis verbal, elipsis klausal.
d. Konjungsi
(kata sambung)
Konjungsi adalah bentuk atau satuan kebahasaan yang
berfungsi sebagai penyambung, perangkai, atau penghubung antara kata dengan
kata, frasa dengan frasa, klausa-dengan klausa, kalimat-dengan kalimat, dan
seterusnya. Konjungsi disebut juga sebagai sarana perangkai unsur-unsur formal.
Beberapa jenis konjungsi antara lain
1) Konjungsi
adversatif : tetapi, namun
2) Konjungsi
klausal : sebab,
karena
3) Konjungsi
koordinatif : dan, atau, tetapi
4) Konjungsi
korelatif : entah/entah, baik/maupun
5) Konjungsi
subordinatif : meskipun, kalau, bahwa
6) Konjungsi
temporal : sebelum, sesudah
2.
Kohesi Leksikal
Kohesi leksikal
diperoleh dengan cara memilih kosakata yang serasi. Ada beberapa cara untuk
mencapai aspek leksikal kohesi, antara lain:
a. Pengulangan
(repetisi) kata yang sama :
pemuda-pemuda
b. Sinonim : pahlawan - pejuang
c. Antonim : putra - putri
d. Hiponim : angkutan darat – kereta api, bus
e. Kolokasi : buku, koran, majalah – media massa
f. Ekuivalensi : belajar, mengajar, pelajar, pengajar,
pengajaran
Tujuan
digunakannya aspek-aspek leksikal itu diantaranya ialah untuk mendapatkan efek
intensitas makna bahasa, kejelasan informasi, dan keindahan bahasa lainnya.
C.
Koherensi
Istilah
koherensi mengandung makna ‘pertalian’. Dalam konsep kewacanaan, berarti
pertalian makna atau isi kalimat (HG Tarigan dalam Mulyana, 2005:30). Wacana
yang koheren memiliki ciri-ciri: susunannya teratur, dan amanatnya terjalin
rapi, sehingga mudah diinterpretasikan (samitri dalam mulyana, 2005:30).
Dalam struktur
wacana, aspek koherensi sangat diperlukan untuk menata pertalian batin antara
proposisi yang satu dengan lainnya untuk mendapatkan keutuhan. Keutuhan yang
koheren tersebut dijabarkan oleh adanya hubungan-hubungan makna yang terjadi
antar unsur (bagian) secara semantis.
Bentuk sarana
koherensi menurut Frank J. D’Angelo dalam Tarigan (2009:101) mencakup:
penambahan, adisi; seri, rentetan; pronomina, pengulangan, repetisi; padan
kata, sinonim; keseluruhan, bagian; kelas, anggota; penekanan, komparasi,
perbandingan; kontras, pertentangan; simpulan, hasil; contoh, misal;
kesejajaran, paralel; lokasi, tempat; dan kala, waktu.
M. Ramlan dalam
Mulyana (2005:32) merinci hubungan antar bagian dalam wacana yang bersifat
koheren, yakni hubungan penjumlahan, hubungan perturutan, hubungan perlawanan,
hubungan lebih, hubungan sebab-akibat, hubungan waktu, hubungan syarat,
hubungan cara, hubungan kegunaan, hubungan penjelasan.
Harimurti
Kridalaksana dalam Mulyana (2005:32) mengemukakan bahwa hubungan koherensi
wacana sebenarnya adalah ‘hubungan semantis’. Artinya hubungan ini terjadi
antar proposisi. Secara struktural, hubungan ini dipresentasikan oleh peraturan
secara semantis antara kalimat (bagian) yang satu dengan kalimat yang lainnya.
Hubungan maknawi ini kadang ditandai dengan alat leksikal, tetapi kadang tanpa penanda.
Hubungan semantis yang dimaksud antara lain:
1.
Hubungan sebab – akibat
Salah
satu bagian kalimat menjawab pertanyaan: “Mengapa sampai terjadi begini?”, atau
kalimat yang satu bermakna sebab dan kalimat lainnya menjadi akibat.
2.
Hubungan sarana – hasil
Salah
satu bagian kalimat menjawab pertanyaan: “Mengapa hal ini dapat terjadi?”, dan
hasil itu sudah tercapai.
3.
Hubungan alasan – sebab
Salah
satu bagian kalimat menjawab pertanyaan: “Apa alasannya?”
4.
Hubungan sarana – tujuan
Salah
satu bagian kalimat menjawab pertanyaan: “Apa yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan itu?” berbeda dengan hubungan sarana – hasil, dalam hubungan sarana – tujuan, belum tentu tujuan
tersebut tercapai
5.
Hubungan latar – kesimpulan
Salah
satu bagian kalimat menjawab pertanyaan: “Bukti apa yang menjadi dasar
kesimpulan itu?”
6.
Hubungan kelonggaran – hasil
Salah
satu bagian kalimat menyatakan kegagalan suatu usaha.
7.
Hubungan syarat – hasil
Salah
satu bagian kalimat menjawab pertanyaan:”Apa yang harus dilakukan?” atau
“Keadaan apa yang harus ditimbulkan untuk memperoleh hasil?”
8.
Hubungan perbandingan
Salah
satu bagian kalimat menyatakan perbandingan dengan bagian kalimat yang lain.
9.
Hubungan parafrastis
Salah
satu bagian kalimat mengungkapkan isi dari bagian kalimat lain dengan cara
lain.
10.
Hubungan amplikatif
Salah
satu bagian kalimat memperkuat atau memperjelas bagian kalimat lainnya.
11.
Hubungan aditif waktu (simultan dan
beruntun)
12.
Hubungan aditif non waktu
13.
Hubungan identifikasi
Salah
satu bagian kalimat menjadi penjelas identifikasi dari sesuatu istilah yang ada
di bagian kalimat lainnya.
14.
Hubungan generik – spesifik
15.
Hubungan ibarat
Salah
satu bagian kalimat memberikan gambaran perumpamaan (ibarat).
Tujuan pemakaian
sarana koherensi adalah agar tercpta susunan dan struktur wacana yang memiliki
sifat serasi, runtut, dan logis. Sifat serasi artinya sesuai, cocok, dan
harmonis. Runtut artinya urut, sistematis, tidak terputus-putus, tetapi
bertautan satu sama lain.
Merkur 20c Review: Merkur 20c Review, Price, Price,
BalasHapusMerkur 20c is a new high performance choegocasino adjustable safety razor, the Merkur 20C is a heavy duty safety razor 바카라 사이트 with a chrome 메리트 카지노 주소 finish.