Selasa, 11 Desember 2018

ANALISIS KOHESI DAN KOHERENSI PADA WACANA BERITA POLITIK


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wacana merupakan tataran yang paling besar dalam hierarki kebahasaan. Sebagai tataran terbesar dalam hierarki kebahasaan, wacana tidak merupakan susunan kalimat secara acak, tetapi merupakan satuan bahasa, baik lisan maupun tulis. Wacana yang baik adalah wacana yang harus memperhatikan hubungan antarkalimat. Hal ini harus selalu diperhatikan untuk memelihara keterkaitan dan keruntutan antarkalimat. Hubungan antar kalimat dalam sebuah wacana tersusun berkesinambungan dan membentuk suatu kepaduan. Oleh karena itu, kepaduan makna dan kerapian bentuk pada wacana merupakan salah satu faktor yang penting dalam rangka meningkatkan tingkat keterbacaan.
Wacana tulis hubungan antarkalimat harus selalu diperhatikan untuk memelihara keterkaitan dan keruntutan antarkalimat. Keterkaitan dan kerapian bentuk dalam ilmu bahasa dinamakan kohesi dan koherensi. Kohesi dan koherensi mempunyai peran yaitu untuk memelihara keterkaitan antarkalimat, sehingga wacana menjadi padu, tidak hanya sekumpulan kalimat yang setiap kalimat mengandung pokok pembicaraan yang berbeda, melainkan satu unsur dalam teks yang harus menyatakan konsep ikatan.
Wacana dalam hal ini wacana berbentuk tertulis, menjadi bahan yang menarik untuk dikaji. Wacana-wacana yang berasal dari media seperti surat kabar, majalah, buku-buku teks, dokumen, prasasti, novel, cerpen, dan sebagainya dapat dikaji dari bentuk gramatikal, leksikal maupun dari segi konteks. Wacana-wacana tersebut mempunyai keunikan tersendiri sehingga menarik untuk dikaji.
Teknologi di bidang informasi dan komunikasi saat ini mengalami revolusi. Semakin berkembangnya sebuah teknologi selalu diikuti pembaharuan yang terus-menerus dan kemudian akan disusul dengan teknologi lainnya. Perkembangan tersebut seiring dengan meningkatnya kemudahan akses internet di setiap negara di dunia. Internet telah menjadi kebutuhan bagi manusia zaman digital. Jika dahulu kita dibiasakan menonton TV atau membaca koran untuk memperoleh informasi, sekarang gaya hidup semacam itu telah berubah. Media massa yang berupa media cetak pun mengalami revolusi. Saat ini, perusahaan media massa menggunakan laman dalam jaringan untuk mengunggah berita.


B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas penulis merumuskan masalah sebagai berikut.
1.      Alat-alat kohesi leksikal apa sajakah yang digunakan dalam wacana berita politik Kompas.com?
2.      Alat-alat kohesi gramatikal apa sajakah yang digunakan dalam wacana berita politik Kompas.com?
3.      Bagaimanakah hubungan makna atau koherensi dalam wacana berita politik Kompas.com?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut.
1.      Untuk mengetahui alat-alat kohesi leksikal yang digunakan dalam wacana berita politik Kompas.com.
2.      Untuk mengetahui alat-alat kohesi gramatikal yang digunakan dalam wacana berita politik Kompas.com.
3.      Untuk mengetahui hubungan makna atau koherensi pada wacana berita berita politik Kompas.com.

D. Metodologi Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Data dalam penelitian ini adalah berupa data tertulis yang berupa berita politik di laman Kompas.com berjudul Sinyal dari Romahurmuziy, Apakah Mahfud MD Cawapres Jokowi? Berita tersebut diakses pada tanggal 8 Agustus 2018. Penggalan wacana yang dijadikan data dalam penelitian ini adalah penggalan yang terdapat hubungan bentuk (kohesi) dan hubungan makna (koherensi).

E. Telaah Pustaka
Heny Indriastuti Riza Fauzi, Edy Suryanto, dan Kenfitria Diah Wijayanti dalam jurnalnya yang berjudul Analisis Bentuk Kohesi dan Koherensi Wacana Berita dalam Majalah Panjebar Semangat Sebagai Materi Pembelajaran Bahasa Jawa di SMP menyimpulkan kohesi wacana berita dalam majalah Panyebar Semangat berbentuk gramatikal dan leksikal. Unsur konjugasi mendominasi dalam kohesi gramatikal dibandingkan dengan unsur pengacuan, substitusi, dan pelesapan; sedangkan unsur repetisi mendominasi dalam kohesi bentuk leksikal dibandingkan dengan unsur sinonimi, antonimi, kolokasi, hiponimi, dan ekuivalensi. Koherensi wacana berita dalam majalah Panyebar Semangat jenis hubungan sebab-akibat lebih dominan dibandingkan dengan jenis hubungan sarana-hasil, alasansebab, sarana-tujuan, latar-kesimpulan, syarat-hasil, parafrasis, amplikatif, aditif-waktu, indentifikasi, generik-spesifik, dan ibarat. Berbagai bentuk kohesi dan koherensi wacana berita dalam majalah Panyebar Semangat dinilai cocok dan layak dijadikan sebagai materi pembelajaran bahasa Jawa di SMP, baik dilihat dari aspek bahasa, budaya, filosofis, dan kurikuler.
Penelitian ini berbeda dari penelitian yang telah disebutkan. Dalam penelitian ini penulis membahas kohesi dan koherensi pada wacana berita Kompas.com yang mengkaji kohesi gramatikal dan leksikal serta koherensi atau keterpaduan wacana.


BAB II
KAJIAN TEORI
A.    Pengertian Wacana
Istilah “wacana” berasal dari bahasa Sansekerta wac/wak/vak, artinya ‘berkata’, ‘berucap’ (Douglas dalam Mulyana, 2005:3). Kata wacana dapat diartikan sebagai ‘perkataan’ atau ‘tuturan’. HG Tarigan dalam Mulyana (2005:6) mengemukakan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang paling lengkap, lebih tinggi dari klausa dan kalimat, memiliki kohesi dan kherensi yang baik, mempunyai awal dan akhir yang jelas, berkesinambungan, dan dapat disampaikan secara lisan atau tertulis.
Dalam satuan/hierarki kebahasaaan, kedudukan wacana berada pada posisi paling besar dan paling tinggi.  Hal ini karena wacana sebagai satuan gramatikal dan sekaligus objek kajian linguistik mengandung semua unsur kebahasaan yang diperlukan dalam segala bentuk komunikasi. Tiap kajian wacana akan selalu mengaitkan unsur-unsur satuan kebahasaan yang ada di bawahnya seperti fonem, morfem, frasa, klausa, atau kalimat. Satuan kebahasaan yang ada di bawah akan tercakup dan menjadi bagian dari satuan bahasa yang berbeda di atasnya. Demikian seterusnya, hingga mencapai unit ‘wacana’ sebagai satuan kebahasaan yang paling besar.

B.     Kohesi
Kohesi adalah hubungan antarkalimat dalam sebuah wacana baik dalam strata gramatikal maupun dalam strata leksiakal tertentu (Gutwinsky dalam Tarigan, 2009:92). Sejalan dengan Mulyana (2005:26) yang menyebutkan kohesi dalam wacana diartikan sebagai kepaduan bentuk yang secara struktural membentuk ikatan sintaktikal.
Halliday dan Hasan dalam Tarigan (2009: 3) mengelompokkan sarana-sarana kohesif dalam lima kategori yaitu pronomina (kata ganti), substitusi (penggantian), elipsis, konjungsi, dan leksikal. Dengan kata lain kohesi wacana terbagi ke dalam dua aspek, yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi gramatikal terdiri dari pronomina (kata ganti), substitusi (penggantian), elipsis, dan konjungsi. Sedangkan kohesi leksikal adalah repetisi (pengulangan), sinonim, antonim, hiponim, kolokasi, dan ekuivalensi.
1.      Kohesi Gramatikal
Macam-macam kohesi gramatikal adalah sebagai berikut.
a.       Pronomina (kata ganti)
Pronomina atau kata ganti terdiri atas kata ganti diri, kata ganti penunjuk, dan lain-lain.
1)      Kata ganti diri misalnya saya, aku, kita, kami; engkau, kamu, kau, kalian, anda; dia, mereka.
2)      Kata ganti penunjuk adalah ini, itu, sini, situ, sana, di sini, di situ, di sana, ke sini, ke situ, kesana. Kata ganti penunjuk terbagi atas dua jenis, yaitu penunjukkan eksoforik (di luar teks) dan penunjukkan endoforik (di dalam teks).
3)      Kata ganti empunya meliputi –ku, -mu, -nya, kami, kamu, kalian, mereka. Bentuk-bentuk –ku, -mu, -nya disebut juga bentuk enklitis.
4)      Kata ganti penanya meliputi apa, siapa, mana, kapan, mengapa, bagaimana, di mana.
5)      Kata ganti penghubung adalah yang.
6)      Kata ganti tak tentu misalnya siapa-siapa, masing-masing, seuatu, seseorang, para.
b.      Substitusi (penggantian)
Substitusi adalah proses atau hasil penggantian unsur bahasa oleh unsur lain dalam satuan yang lebih besar untuk memperoleh unsur-unsur pembeda atau untuk menjelaskan suatu struktur tertentu (Kridalaksana dalam Tarigan, 2009:96). Proses substitusi merupakan hubungan gramatikal dan lebih bersifat hubungan kata dan makna. Substitusi dapat bersifat nominal, verbal, klausal, atau campuran; misalnya satu, sama, seperti itu, sedemikian rupa, demikian, begitu, melakukan hal yang sama.
c.       Elipsis (penghilangan/pelesapan)
Elipsis adalah peniadaan kata atau satuan lain yang wujud asalnya dapat diramalkan dari konteks bahasa atau konteks luar bahasa (Kridalaksana dalam Tarigan, 2009:97). Elipsis dapat pula dikatakan penggantian nol (zero); sesuatu yang ada tetapi tidak diucapkan atau tidak dituliskan. Hal ini dilakukan demi kepraktisan. Elipsis dapat dibedakan atas elipsis nominal, elipsis verbal, elipsis klausal.
d.      Konjungsi (kata sambung)
Konjungsi adalah bentuk atau satuan kebahasaan yang berfungsi sebagai penyambung, perangkai, atau penghubung antara kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa-dengan klausa, kalimat-dengan kalimat, dan seterusnya. Konjungsi disebut juga sebagai sarana perangkai unsur-unsur formal.
Beberapa jenis konjungsi antara lain
1)      Konjungsi adversatif   : tetapi, namun
2)      Konjungsi klausal                    : sebab, karena
3)      Konjungsi koordinatif : dan, atau, tetapi
4)      Konjungsi korelatif     : entah/entah, baik/maupun
5)      Konjungsi subordinatif           : meskipun, kalau, bahwa
6)      Konjungsi temporal     : sebelum, sesudah
2. Kohesi Leksikal
Kohesi leksikal diperoleh dengan cara memilih kosakata yang serasi. Ada beberapa cara untuk mencapai aspek leksikal kohesi, antara lain:
a.       Pengulangan (repetisi) kata yang sama       : pemuda-pemuda
b.      Sinonim      : pahlawan - pejuang
c.       Antonim     : putra - putri
d.      Hiponim      : angkutan darat – kereta api, bus
e.       Kolokasi     : buku, koran, majalah – media massa
f.       Ekuivalensi : belajar, mengajar, pelajar, pengajar, pengajaran
Tujuan digunakannya aspek-aspek leksikal itu diantaranya ialah untuk mendapatkan efek intensitas makna bahasa, kejelasan informasi, dan keindahan bahasa lainnya.

C.    Koherensi
Istilah koherensi mengandung makna ‘pertalian’. Dalam konsep kewacanaan, berarti pertalian makna atau isi kalimat (HG Tarigan dalam Mulyana, 2005:30). Wacana yang koheren memiliki ciri-ciri: susunannya teratur, dan amanatnya terjalin rapi, sehingga mudah diinterpretasikan (samitri dalam mulyana, 2005:30).
Dalam struktur wacana, aspek koherensi sangat diperlukan untuk menata pertalian batin antara proposisi yang satu dengan lainnya untuk mendapatkan keutuhan. Keutuhan yang koheren tersebut dijabarkan oleh adanya hubungan-hubungan makna yang terjadi antar unsur (bagian) secara semantis.
Bentuk sarana koherensi menurut Frank J. D’Angelo dalam Tarigan (2009:101) mencakup: penambahan, adisi; seri, rentetan; pronomina, pengulangan, repetisi; padan kata, sinonim; keseluruhan, bagian; kelas, anggota; penekanan, komparasi, perbandingan; kontras, pertentangan; simpulan, hasil; contoh, misal; kesejajaran, paralel; lokasi, tempat; dan kala, waktu.
M. Ramlan dalam Mulyana (2005:32) merinci hubungan antar bagian dalam wacana yang bersifat koheren, yakni hubungan penjumlahan, hubungan perturutan, hubungan perlawanan, hubungan lebih, hubungan sebab-akibat, hubungan waktu, hubungan syarat, hubungan cara, hubungan kegunaan, hubungan penjelasan.
Harimurti Kridalaksana dalam Mulyana (2005:32) mengemukakan bahwa hubungan koherensi wacana sebenarnya adalah ‘hubungan semantis’. Artinya hubungan ini terjadi antar proposisi. Secara struktural, hubungan ini dipresentasikan oleh peraturan secara semantis antara kalimat (bagian) yang satu dengan kalimat yang lainnya. Hubungan maknawi ini kadang ditandai dengan alat  leksikal, tetapi kadang tanpa penanda. Hubungan semantis yang dimaksud antara lain:
1.      Hubungan sebab – akibat
Salah satu bagian kalimat menjawab pertanyaan: “Mengapa sampai terjadi begini?”, atau kalimat yang satu bermakna sebab dan kalimat lainnya menjadi akibat.
2.      Hubungan sarana – hasil
Salah satu bagian kalimat menjawab pertanyaan: “Mengapa hal ini dapat terjadi?”, dan hasil itu sudah tercapai.
3.      Hubungan alasan – sebab
Salah satu bagian kalimat menjawab pertanyaan: “Apa alasannya?”
4.      Hubungan sarana – tujuan
Salah satu bagian kalimat menjawab pertanyaan: “Apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan itu?” berbeda dengan hubungan sarana – hasil, dalam  hubungan sarana – tujuan, belum tentu tujuan tersebut tercapai
5.      Hubungan latar – kesimpulan
Salah satu bagian kalimat menjawab pertanyaan: “Bukti apa yang menjadi dasar kesimpulan itu?”
6.      Hubungan kelonggaran – hasil
Salah satu bagian kalimat menyatakan kegagalan suatu usaha.
7.      Hubungan syarat – hasil
Salah satu bagian kalimat menjawab pertanyaan:”Apa yang harus dilakukan?” atau “Keadaan apa yang harus ditimbulkan untuk memperoleh hasil?”
8.      Hubungan perbandingan
Salah satu bagian kalimat menyatakan perbandingan dengan bagian kalimat yang lain.
9.      Hubungan parafrastis
Salah satu bagian kalimat mengungkapkan isi dari bagian kalimat lain dengan cara lain.
10.  Hubungan amplikatif
Salah satu bagian kalimat memperkuat atau memperjelas bagian kalimat lainnya.
11.  Hubungan aditif waktu (simultan dan beruntun)
12.  Hubungan aditif non waktu
13.  Hubungan identifikasi
Salah satu bagian kalimat menjadi penjelas identifikasi dari sesuatu istilah yang ada di bagian kalimat lainnya.
14.  Hubungan generik – spesifik
15.  Hubungan ibarat
Salah satu bagian kalimat memberikan gambaran perumpamaan (ibarat).
Tujuan pemakaian sarana koherensi adalah agar tercpta susunan dan struktur wacana yang memiliki sifat serasi, runtut, dan logis. Sifat serasi artinya sesuai, cocok, dan harmonis. Runtut artinya urut, sistematis, tidak terputus-putus, tetapi bertautan satu sama lain.

1 komentar:

  1. Merkur 20c Review: Merkur 20c Review, Price, Price,
    Merkur 20c is a new high performance choegocasino adjustable safety razor, the Merkur 20C is a heavy duty safety razor 바카라 사이트 with a chrome 메리트 카지노 주소 finish.

    BalasHapus